Pages - Menu

Jumat, November 13, 2009

MEMBANGUN BUDAYA CINTA ANAK BANGSA

Tepat pada Peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke enam puluh tiga, Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Ani Yudhoyono, dikaruniai seorang cucu perempuan yang dilahirkan dengan operasi Ceasar di Jakarta. Seperti kakek dan nenek lainnya di seluruh dunia, Bapak SBY dan Ibu, juga Bapak Aulia Pohan dan Ibu, serta kedua orang tua bayi yang dilahirkan, sangat bersyukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa. Kelahiran bayi yang disyukuri itu akan menumbuhkan cinta kasih dan rasa sayang yang tidak terhingga. Hampir pasti kakek, nenek dan kedua orang tua bayi akan mendidik anaknya menjadi insan yang taqwa, berbudi pekerti luhur, cerdas, terampil, mencintai kedua orang tua, kakek dan neneknya serta sanggup membangun bangsanya.

Tidak saja karena Bapak SBY sedang mendapat tugas negara sebagai Presiden RI, tetapi sejak jaman nenek moyang kita dahulu bangsa ini selalu cinta dan sayang kepada seluruh anak bangsanya. Kita mengucapkan selamat kepada beliau atas karunia cucu yang pertama tersebut. Menurut motto KB, laki perempuan sama saja. Kita berdoa semoga cucu tersayang itu selalu dikarunia kesehatan dan kesejahteraan serta tumbuh kembang menjadi Srikandi Indonesia yang sanggup melanjutkan cita-cita kedua kakeknya, orang tua dan utamanya sanggup mengemban amanat rakyat Indonesia.

Peristiwa itu mengingatkan kita kepada usaha luar biasa yang sedang dikembangkan di tanah air untuk melestarikan dan membangun lebih gegap gempita budaya cinta dan sayang anak bangsa. Kecintaan yang luar biasa kepada anak bangsa sekaligus merupakan upaya untuk mencegah kekerasan terhadap anak dalam rumah tangga, penculikan anak, trafficking, atau upaya yang membiarkan anak terlantar, tidak dipersiapkan dengan baik pada saat-saat menyusui, tumbuh dalam usia dini di rumah, atau tidak segera diantar untuk bergaul dengan anak-anak sebaya dalam kegiatan Bina Keluarga Balita, atau tidak dipersiapkan mengenal dan mencintai sekolah dalam lingkungan Pendidikan Anak Usia Dini atau PAUD.

Tiba waktunya bagi pemerintah, dengan anggaran pendidikan yang dijanjikan naik menjadi 20 persen atau lebih, untuk mengusahakan agar upaya pembangunan budaya cinta anak bangsa segera diperinci dalam program dan kegiatan yang dilaksanakan dengan komitmen politik yang tinggi serta kegiatan operasional di lapangan yang tepat sasaran. Dukungan manajemen, tenaga yang profesional dan dana yang memadai harus menjadi perhatian yang utama. Melihat situasi dewasa ini, yang sangat pro pembangunan ekonomi yang mengutamakan pertumbuhan, perlu segera dikembangkan strategi pembangunan baru yang lebih tepat, yaitu dengan menambahkan investasi yang lebih besar pada pembangunan sosial kemasyarakatan dan budaya. Tujuannya adalah agar diperoleh keseimbangan dan sinergy dari kedua jenis investasi secara terpadu. Kalau investasi dalam bidang ekonomi menghasilkan pertumbuhan yang membawa kemakmuran, maka investasi dalam bidang sosial kemasyarakatan dan budaya akan merangsang kemajuan kepercayaan terhadap diri sendiri dan prakarsa masyarakat yang diawali kerja keras berupa upaya peningkatan mutu dan kemampuan manusianya. Dengan demikian diharapkan muncul partisipasi mandiri yang menghasilkan lapangan kerja dan partisipasi penduduk dalam berbagai sektor pembangunan.

Partisipasi itu akan menghasilkan pemerataan dan pemenuhan hak-hak dasar manusia yang menghasilkan kepuasan yang lebih membahagiakan. Dengan cara itu potensi sumber daya manusia yang melimpah akan berubah menjadi potensi riel yang dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan kemakmuran dan kesejahteraan dengan keadilan yang lebih merata. Penduduk sebagai tenaga kerja yang potensial akan memainkan peran bukan sebagai penonton pembangunan tetapi aktor yang membangun kebahagiaan dan kesejahteraan, yang akhirnya akan mencintai anak-anaknya. Apabila arah pembangunan tersebut difokuskan pada keluarga muda, maka pengangguran tenaga muda yang masih marak dapat diperkecil dan akhirnya dihilangkan. Prosentase dan jumlah pengangguran terbuka yang menurun dan jumlah pengangguran semu yang masih tinggi bisa dikurangi dan akhirnya dihilangkan.

Bagi keluarga Presiden RI dan anaknya, hampir pasti segala sesuatunya telah dipersiapkan dengan matang. Tetapi bagi jutaan keluarga muda, seperti putra putri Bapak SBY, persiapan itu sangat minimal. Sebagian besar dari jutaan keluarga muda itu buta aksara, atau hanya menamatkan pendidikan dasar, miskin, dan jarang yang berpikiran jauh kedepan. Oleh karena itu, dengan anggaran bidang sosial kemasyarakatan dan pendidikan yang meningkat, perlu segera dipikirkan program dan kegiatan terpadu untuk mempersiapkan pengembangan budaya cinta dan kasih sayang anak bangsa. Program itu perlu diramu secara sederhana dengan memberi kesempatan kepada keluarga yang berhasil membina anak-anaknya untuk bersedia menjadi model yang diikuti oleh keluarga lain dalam lingkungan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di desa, Melalui contoh dari model itu, keluarga lain bisa belajar dan memperoleh pemberdayaan yang optimal.

Untuk mengembangkan program itu, Kementerian, Departemen dan Instansi pusat perlu mengembangkan advokasi kepada Bupati dan Walikota di seluruh Indonesia agar peduli dan komit mengembangkan keluarga di desanya membangun anak bangsa di wilayahnya. Anak-anak itu berhak memperoleh pendidikan secara dini dan melatih dirinya menjadi insan berbudi luhur yang trampil dan siap bekerja keras. Mereka perlu didukung suasana sejuk dan damai di lingkungannya. Mereka dijauhkan dari kedengkian, caci maki dan tontonan lain yang memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Anak-anak yang kita cintai adalah pemilik masa depan bangsa. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Mantan Menko Kesra RI, www.haryono.com).

0 komentar: