Pages - Menu

Selasa, November 13, 2012

Legenda Dibalik Air Terjun di Indonesia

Negara ini memang kaya akan cerita legenda, hampir di setiap daerah seantero Indonesia ini mempunyai legendanya masing-masing, bahkan untuk air terjun sekalipun cerita legenda itu begitu melekat kepada pesona alam yang yang satu ini.
Entah anda ingin mempercayainya atau tidak kebenaran dari suatu cerita legenda, akan tetapi yang jelas beberapa air terjun di bawah ini sarat akan cerita sebuah legenda yang diyakini atau dianggap oleh masyrakat yang tinggal di sekitaran air terjun pernah terjadi di masa lalu


Air Terjun Nglirip: Putri yang Patah Hati
Dibalik gemerincik air yang jatuh silih berganti di Air terjun Nglirip Desa Mulyoagung, Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban, terdapat sebuah cerita legenda Nglirip. Alkisah legenda itu bermuara dari pertemuan salah satu Adipati Tuban di zaman sebelum kerajaan Majapahit dengan seoarang wanita cantik.
Saat itu adipati kepincut dengan kecantikan gadis desa anak dario tokoh masyrakat setempat. Sakin terpesonanya gadis perawan itu akhirnya dipinang dan dijadikan istri untuk yang kesekian kalinya. Meskipun menjadi istri adipati hingga memiliki anak perawan, tapi entah kenapa ia tak mau diboyong ke pendapa kadipaten.





Eh, ternyata belakangan diketahui bahwa gadis yang telah dinikahinya itu memiliki kekasih lain yang bukan dari kalangan ningrat alias rakyat jelata. Namun naas, hubungan asmaranya itu ditentang orangtuanya, baik dari ibunya maupun ayahnya sang adipati. Sang gadis akhirnya minggat dari rumah apalagi setelah mengetahui kekasihnya yang konon bernama Joko Lelono itu tewas dibunuh prajurit kadipaten atas perintah ayahnya.
Sang putri pun memutuskan untuk bertapa di salah satu goa di balik air terjun di tengah hutan, air terjun Nglirip. Putri yang patah hati ini menutup diri menolak ditemui siapapun. Putri yang bertapa itu kemudian disebut putri Nglirip dan masyarakat meyakini, putri Nglirip akan marah jika rumahnya di sekitar goa air terjun Nglirip dipakai pacaran.


Air Terjun Carang Kuning
Agak sediki berbeda dengan Air Terjun Nglirip, walaupun Air Terjun Carang Kuning ini juga diambil dari legenda seorang putri, namun kisah putrinya tidak setragis air terjun yang berada di daerah Tuban itu. Nama air terjun yang terletak di Lumajang ini diambil dari nama seorang putri pada zaman kerajaan Majapahit yang sering mandi di bawah air terjun tersebut.



Nama putri itu dikenal dengan Putri Carang Kuning. Entah karena mempunyai kulit kuning langsat seperti kebanyakan putri-putri raja atau kedekatan dengan simbol tempat itu sehingga dijuluki carang kuning pasalnnya di dekat lokasi air terjun banyak ditumbuhi oleh pohon bambu kuning. Kata “carang” berarti ranting-ranting bambu, kata “kuning” yang berarti simbol warna dari bambu.


Air Terjun Songgolangit: Berawal dari kisah tragis sepasang Pasutri
Alkisah, hidup seorang jejaka yang berasal dari desa Tunahan yang menjalin cinta dengan seorang gadis cantik asal Dukuh Sumanding Desa Blucu Kecamatan Kembang. Jalinan cinta mereka begitu kuat hingga berlanjut ke jenjang perkawinan. Di sini diceritakan bahwa antara desa Tunahan dan desa Blucu terbentang sungai . Pada zaman dahulu seorang laki-laki melamar seorang perempuan harus membawa perabotan dapur seperti wajan, piring, gelas, dan lain lain . Serta membawa hewan piaraan kerbau, sapi, atau kambing.





Pada suatu fajar si isteri bersiap menyiapkan makanan pagi untuk si suami tercinta. Dalam penyediaan sarapan tersebut si isteri kurang hati-hati sehingga menimbulkan suara-suara alat dapur yang saling bersentuhan. Sang mertua (ibu si isteri) menegur anaknya “Ojo glondhangan, mengko mundhak bojomu tangi” atau dalam bahasa Indonesia “Jangan gaduh, nanti suamimu terbangun”. Rupanya si suami salah mendengar “Kerjo kok glondhangan, rumangsamu barange bojomu” atau dalam bahasa Indonesia “Kerja kok gaduh, memangnya barang bawaan suamimu”.
Pada saat itu juga si suami itu merasa tersinggung dengan perkataan sang mertua itu, kemudian pada tengah malam kedua pengantin tersebut berniat pergi dari rumah untuk pindah ke tempat asal suami dengan mengendarai pedati/gerobak yang ditarik oleh sapi. Nah di malam hari buta, pedati yang mereka naiki ternyata salah jalan hingga tanpa mereka sadari pedatinya masuk jurang (sekarang air terjun Songgolangit yang berada di Jepara) dan pasangan pasutri itu pun hilang dalam kegelapan jurang yang dalam.


Air Terjun Coban Rondo
Air terjun yang Kecamatan Pujon di Pegunungan Panderman Kota Batu, Jawa Timur punya cerita yang rada sedikit menyedihkan perihal asal usul namanya. Alkisah, konon dulu ada sepasang pengantin baru yang bernama Dewi Anjarwati dari Gunung Kawi dan Raden Baron Kusuma dari Gunung Anjasmoro. Nah, saat usia pernikahan mereka mencapai 36 hari, Dewi Anjarwati mengajak suaminya itu untuk berkunjung ke Gunung Anjasmoro. Mendengar niat tersebut, kedua orang tua Dewi Anjarwati melarangnya karena usia pernikahan mereka yang masih baru Tetapi keduanya bersikeras untuk berangkat dengan segala resiko apapun .



Dalam perjalanan mereka dikejutkan dengan kehadiran Joko Lelono yang tidak jelas asal-usulnya. Joko Lelono terpikat dengan kecantikan Dewi Anjarwati dan berusaha merebutnya. Perkelahianpun tidak bisa dihindarkan, kepada punokawan yang menyertaimereka Raden Baron Kusuma meminta agar Dewi Anjarwati disembunyikan disuatu tempat yang ada Cobannya (air terjun). Dalam perkelahian itu Raden Baron Kusumo dan Joko Lelono sama-sama tewas. Karena kematian suaminya Dewi Anjarwati menjadi janda (dalam bahasa Jawa disebut Rondo)
Sejak saat itu air terjun tempat Dewi Anjarwati menunggu suaminya kembali dari perkelahian disebut dengan Coban Rondo. Konon katanya batu besar yang ada dibawah air terjun Coban Rondo adalah tempat duduk sang putri.

0 komentar: