Transformasi Budaya Dayak merupakan tugas setiap manusia Dayak. Tetapi luas dan rumitnya masalah menuntut pusat-pusat transformasi sebagai laboratorium yang secara perlahan namun pasti dapat menyebarkan bentuk-bentuk budaya baru, sambil tetap terbuka atas ujian dan kritik.
Dengan pusat-pusat transformasi itu kita harapkan ada pengkajian yang teliti atas bentuk-bentuk konkret ungkapan budaya yang akan ditawarkan. (Budaya Jawa dan Melayu dulunya berpusat pada keraton rumah komunitas Betang panjang sebagai pusat budaya telah hampir punah). Pusat-pusat transformasi itu mungkin berupa sanggar-sanggar budaya, lembaga swadaya masyarakat, atau lembaga pengkajian yang bekerjasama dengan perguruan tinggi.
Hal lain yang perlu diperhatikan ialah bahwa transformasi budaya termasuk transformasi budaya Dayak tidak bisa dipaksakan dengan indoktrinasi massal. Unsur kesadaran sangat penting dalam mewujudkan transformasi budaya Dayak. Maka transformasi budaya pada kenyataannya ditularkan secara personal dan nonformal. Dewan Adat mungkin bisa menjadi motivator dan fasilitator terwujudnya transformasi budaya Dayak, tetapi jelas tidak menjadi penetu utama dalam hal ini.
Akhirnya, diperlukan juga para pemimpin sebagai teladan, pelopor, penyaksi nilai, pengawal adat dan penguat semangat. Seharusnya pemimpin formal dan pemimpin informal mempunyai tanggung jawab sama. Tetapi pada kenyataan bahwa banyak oknum pemimpin formal bersikap ambivalen (cinta sekaligu benci) terhadap perkembangan kebudayaan Dayak, maka dorongan transformasi budaya para pemimpin formal kita belum bisa diharapkan.
komunitas seni dan budaya mulai Sabang sampai Merauke, dari berbagai alat musik, tari, senjata tradisional untuk bentuk-bentuk adat dan budaya masyarakat
Minggu, Desember 20, 2009
Transformasi Budaya Dayak
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar